MAKALAH TENTANG PAHAM DUNIAWI "HEDONISME"
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hedonisme merupakan penyakit yang
ditimbulkan karena adanya virus hedon, hedonis merupakan sebutan kepada orang
yang terkena penyakit hedonisme tersebut. Hedonisme itu sendiri adalah adalah
prilaku yang men-Tuhan-kan kenikmatan dan kesenangan pribadi, kemewahan, dan
kemapanan di atas segalanya. Disinyalir Hedonisme telah erat melekat dalam
hidup kita. Kelekatan itu berupa seringnya kita terjebak dalam pola hidup
Hedonis. Pola hidup seperti ini mudah kita jumpai dalam kehidupan kita
sehari-hari. Dimana orientasi hidup selalu diarahkan pada kenikmatan,
kesenangan atau menghindari perasaan-perasaan tidak enak.
Manusiawi memang tatkala manusia hidup
untuk mencari kesenangan, karena sifat dasar manusia adalah ingin selalu bermain
(homo ludens = makhluk bermain) dan bermain adalah hal hakiki yang senantiasa
dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Akan tetapi bukan berarti kita bisa
dengan bebas dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga menghalalkan berbagai
cara demi memperoleh kesenangan. Sikap menghalalkan segala cara untuk
memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja saat
ini. Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari
berbagai penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style. Gaya
hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media televisi. Gambaran
yang ada seperti mimpi tentang kehidupan orang miskin yang tiba-tiba kaya
layaknya dalam telenovela. Sinetron cinta yang terus mengguyur dan memprovokasi
kita untuk merealisasikan cinta lewat bercinta membuat kita gila dan terbuai
kehidupan duniawi. Cerita sinetron yang kian jauh dari realita ternyata telah
menyihir para pemirsa. Dengan setengah sadar para penikmat sinema telah
tergiring untuk meniru dan menjadikannya paradigma baru dalam menikmati hidup
di masa muda.
Dan ketika
Hedonisme sudah menjadi pegangan hidup para muda mudi banyak nilai-nilai luhur
kemanusiaan para remaja luntur, bahkan hilang. Kepekaan sosial mereka terancam
tergusur manakala mereka selalu mempertimbangkan untung rugi dalam
bersosialisasi. Masyarakat terlihat seperti mumi hidup yang tak berguna bagi
mereka. Dan mereka seolah menjadi penjaga kerajaan kenikmatan yang tak
seorangpun boleh mengendus apalagi mencicipinya. Orang lain hanya boleh melongo
melihat kemapanan mereka.Sungguh mereka menjadi sangat tidak peduli. Akibatnya
ketika ada orang yang membutuhkan uluran tangan, mereka menyembunyikan diri dan
enggan berkorban
B.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana Hedonisme di
kalangan remaja?
b.
Apa faktor yang
mempengarui Hedonisme?
c.
Apa dampak dari seorang
yang telah terjerumus dengan Hedonisme?
d.
Bagaimana solusi
menghadapi budaya Hedonisme?
C.
Tujuan
a. Mengetahui bagaimana Hedonisme di kalangan
remaja.
b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi hedonsime.
c. Mengetahui dampak dari seorang yang terjerumus
dengan Hedonisme.
d. Mengetahui solusi untuk menghadapi budaya
Hedonisme.
BAB II
LANDASAN TEORI
1.
Pengertian Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa
orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan
sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme
merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan
tujuan hidup dan tindakan manusia.
Menurut Etimologi kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani hēdonismos dari akar kata hēdonē,
artinya "kesenangan". Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa
yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang
meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.
2.
Karakteristik Hedonisme
a. Hedonisme Egoistis
Yaitu
hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal mungkin.
Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama dan
mendalam. Contohnya: makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak,
disediakan waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada
perjamuan makan ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka disediakan sebuah alat
untuk menggitit kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat dimuntahkan
keluar, kemudian dapat diisi kembali jenis makanan yang lain, sampai puas.
b. Hedonisme Universal
Yaitu
suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme = kesenangan maksimal
bagi semua, bagi banyak orang.
Contohnya: bila berdansa, haruslah berdansa bersama-sama, waktunya
semalam suntuk, tidak boleh ada seorang pun yang absen, ataupun kesenangan-kesenangan
lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh semua orang.
BAB III
PEMBAHASAN
a.
Hedonisme di kalangan remaja
“Virus” hedon tidak hanya menyerang orang
dewasa yang sudah bekerja, dari anak hingga orang tua tak luput dari ancaman
virus ini. Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah
remaja. Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias
terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka.
Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena
baru akibat paham ini. Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih
memilih hidup enak, mewah, dan serba kecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel
“remaja yang gaul dan funky ” baru melekat bila mampu memenuhi
standar tren saat ini. Yaitu minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta
dandanan yang selalu mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam
golongan berduit, sehingga dapat memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut.
Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan
pintaslah yang akan diambil.
Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham
hedonisme terus berlangsung dan merasuk ke dalam benak masyarakat kita tanpa
ada tindakan pencegahan. Salah satu contoh kasusnya adalah acara-acara
hedonisme yang berkedok mencari bibit-bibit penyanyi berbakat. Acara ini
sangant diminati terutama para remaja. Bila dilihat secara jeli ternyata acara
tersebut menawarkan gaya hidup yang tidak jauh dari konsep Hedonisme. Acara ini
tentunya membutuhkan biaya yang banyak untuk memfasilitasi para kontestannya,
tapi bila melihat keadaan bangsa kita yang sedang morat-marit ekonominya, dapat
disimpulkan ada dua kondisi yang kontradiksi, disatu sisi lain keadaan
perekonomian bangsa sedang krisis tapi acara menghambur-hamburkan uang semakin
marak. Aneh memang, banyak warga Indonesia yang miskin, tidak punya rumah, gedung
sekolah yang hampir roboh, tunjangan pegawai yang kecil, dan jumlah pegangguran
yang membludak, tapi hal ini tidak membuat para peserta acara yang sebagian
besar adalah remaja tersebut prihatin atau menangis tersedu-sedu, mereka malah
sedih dan mengeluarkan air mata bila rekan seperjuangannya tereleminasi. Nampak
jelas sikap egoisme dan sikap mengejar kesenangan pribadi mereka. Ini adalah
bukti hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak muda di negeri Seribu satu
masalah ini.
b.
Faktor yang mempengaruhi hedonisme
·
Faktor ekstern
Derasnya
arus industrialisasi dan globalisasi yang menyerang masyarakat merupakan faktor
yang tak dapat dielakkan. Nilai-nilai yang dulu dianggap tabu, kini dianggap
biasa. Media komunikasi, khususnya media iklan memang sangat bersinggungan
dengan masalah etika dan moral. Melalui simbol-simbol imajinatif media
komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan memanfaatkan nafsu, perasaan,
dan keinginan.
·
Faktor intern
Lemahnya
keyakinan agama seseorang juga berpengaruh terhadap perilaku sebagian
masyarakat yang mengagungkan kesenangan dan hura-hura semata. Binzar Situmorang
menyatakan bahwa, “Kerohanian seseorang menjadi tolak ukur dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya bagi mereka yang suka mengejar kesenangan.
c.
Dampak dari seorang yang telah terjerumus
dengan hedonisme
§ Individualisme
Orang
yang sudah terkena penyakit hedonisme cenderung tidak memerlukan bantuan orang
lain. Mereka merasa sudah mampu hidup sendiri, tetapi kenyataannya tidak
begitu. Manusia merupakan mahluk sosial.
§ Pemalas
Malas
merupakan akibat yang di timbulkan dari hedonisme, karena mereka selalu
menyia-nyiakan waktu. Manusia yang tidak menghargai waktu.
§ Pergaulan bebas
Pengikut
paham hedonisme dapat terjebak dalam pergaulan bebas yang dimana mereka selalu
berada dalam dunia malam. Seperti clubbing, pesta narkoba, dan seks bebas.
§ Konsumtif
Hedonisme
cendurung konsumtif ,karena menghabiskan uang untuk membeli barang-barang
hanya untuk kesenangan semata tanpa didasari kebutuhan.
§ Boros
Menghambur-hamburkan
uang untuk membeli bernbagai barang yang tidak penting, hanya untuk sekedar
pamer merk/ barang mahal.
§ Kriminalitas
Dalam
paham hedonisme seseorang dapat berbuat kriminal/ melanggar hukum, karena orang
yang menganut paham ini cenderung akan berbuat apa saja sekalipun melanggar
hukum, hanya untuk memenuhi kesenangannya sendiri, tanpa pernah memikirkan
akibatnya.
§ Diskriminasi
Sikap
membedakan stratifikasi sosial, dan merasa bahwa dirinya lebih tinggi
atau berbeda kelas serta golongan dari orang lain.
§ Egois
Hedonisme
cenderung mengrah kepada sifat mementingkan diri semdiri. Tanpa memperdulikan
orang lain. Yang terpenting kesengannya tercapai.
§ Tidak bertanggungjawab
Menjadi
individu yang tidak bertanggung jawab terutama kepada dirinya sendiri, seperti
menyia-nyiakan waktu, dan mementingkan kesenangannya saja.
§ Korupsi
Memperkaya
diri sendiri, tetapi menggunakan cara yang melanggar hukum, yaitu memeras orang
lain untuk memenuhi kebutuhnnya sendiri.
d.
Solusi menghadapi budaya Hedonisme
Secara
realita maupun logika, untuk menghilangkan sama sekali pengaruh budaya
hedonisme tidak dapat dilakukan dengan pengendalian diri saja. Namun, adanya
peran aktif dari semua komponen mulai dari diri sendiri, keluarga, kontrol
masyarakat, dan negara merupakan solusi yang harus dicoba untuk dilakukan
dengan terus-menerus dan kerjasama yang baik. Meski terdapat solusi jangka
pendek berupa pengenalan kembali budaya Indonesia kepada generasi penerus, tapi
hal tersebut tidak memberikan pengaruh besar pada besarnya arus perkembangan
gaya hidup hedone tersebut. Selanjutnya, kita perlu mengingat kembali sebuah
pernyataan bahwa jika kita ingin melihat masa depan maka lihatlah generasi
mudanya. Jika disesuaikan dengan kondisi sekarang, generasi muda sebagai
penerus bangsa belum dapat dikatakan menjadi harapan karena pengaruh budaya
hedonisme ini. Oleh karena itu, perlu untuk membangun sebuah masa depan yang
cerah dengan cara kita membangun generasi muda terlebih dahulu yang mampu
diharapkan untuk menciptakan masa depan yang cerah tersebut. Untuk menciptakan sebuah generasi muda yang
mampu diharapkan untuk masa depan,diperlukan kerja keras dan kerja sama dari
berbagai komponen seperti ulasan sebelumnya. Komponen tersebut mulai dari diri
sendiri, keluarga, masyarakat dan negara. Jika yang digerakkan hanya satu
komponen, maka generasi muda yang sesuai harapan akan lama terwujud karena arus
budaya hedonisme kuat ke segala bidang kehidupan manusia. Semua komponen harus
bekerja sama meski dapat dikatakan sulit untuk dilakukan, tapi masih ada jalan
untuk mewujudkannya.
BAB IV
KESIMPULAN
Setiap manusia pasti ingin merasakan
kenikmatan dan kesenangan, apalagi para remaja. Tapi sayangnya untuk memperoleh
kenikmatan dan kesenangan tersebut banyak remaja yang menghalalkan segala cara.
Apapun mereka lakukan, agar apa yang mereka inginkan dapat mereka peroleh tanpa
peduli dengan resikonya. Hedonisme di kalangan remaja telah berkembang pesat
mengikuti perkembangan jaman pola pikir yang hanya mementingkan kesenangan saja
membuat para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan yang kadang tidak realistis.
Yang penting senang,senang dan senang. Tak mau bersakit-sekit dulu,inginya
senang-senang selalu,itulah moto yang banyak dipakai para remaja untuk
menikmati hidup ini. Dengan terlalu mendewakan kesenangan, duniawi, akan
membuat seseorang kehilangan arah hidupnya sehingga dapat menimbulkan
kemiskinan karena terlalu menghamburkan materii demi kesenangan semata. Keberhasilan
mencapai tujuan inilah yang kemudian membuatnya nikmat atau puas.
Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis
ada dua gagasan yang patut diperhatikan. Pertama, kebahagiaan tidak sama dengan
jumlah perasaan nikmat. Nikmat selalu berkaitan langsung dengan sebuah
pengalaman ketika sebuah kecondongan terpenuhi, begitu pengalaman itu selesai,
nikmatpun habis. Sementara itu, kebahagiaan menyangkut sebuah kesadaran rasa
puas dan gembira yang berdasarkan pada keadaan kita sendiri,dan tidak terikat
pada pengalaman-pengalaman tertentu.
Dengan kata lain, kebahagiaan dapat dicapai
tanpa suatu pengalaman nikmat tertentu. Sebaliknya, pengalaman menikmati belum
tentu membuat bahagia. Kedua, jika kita hanya mengejar nikmat saja, kita tidak
akan memperoleh nilai dan pengalaman yang paling mendalam dan dapat
membahagiakan. Sebab, pengalaman ini hanya akan menunjukan nilainya jika
diperjuangkan dengan pengorbanan.
emmm...daftar pustakanya kok gk ada yah
ReplyDeleteMaaf lupa ngasih daftar pustaka. Terima kasih atas masukannya :)
Deleteini daftar pustakanya:
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Hedonisme
http://muhammaddhan.blogspot.co.id/2015/04/hedonime.html
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteIni ada kaitannya dg Aesthetism (Estetisme) dan Dorian Gray Syndrome. Satu Mahasiswi STBA Pertiwi Jakarta sedang menulis ttg Dorian Gray Syndome yg sangat berkaitan erat dg dua hal di atas... Beberapa paragraf mungkin akan dikutip untuk merujuk bhw Indonesiapun telah terjangkit fenomena hedonisme. Namun demikian Hedonisme tak semuanya buruk. Nabi Muhammad kawin dg 21 perempuan... Hedonis? Wallahu a'lam...
ReplyDeleteweh... sampai jadi makalah ya topik hedonisme.
ReplyDeletesaya belum tahu secara mendalam tentang hedonisme
secara umum saja tahunya, dan saya tulis dalam blog saya dengan mengaitkannya dengan bisnis
mungkin minat baca dan mengoreksi jika ada salah
http://www.prospektif.xyz/2016/06/Hedonisme-Menghancurkan-Bisnis.html
Back to quran n sunnah adalah solusi
ReplyDeleteea nich...daftar pustakanya kok gak ada... kan biar kelihatan ilmiyah thu harus pake marja'...
ReplyDelete